Jadi penulis buku? Mana mungkin? Itu yang selalu menghantui selama ini. Tiap kali ke toko buku rasanya ingin menemukan buku yang bertuliskan nama diri sendiri. Hanya mimpi pikirku. Alhamdulillah pertemuan dengan Mediaguru Indonesia membuka luas kesempatan untuk banyak belajar kepenulisan.
Mulai dari menulis tiap hari, jadi satu minggu, satu bulan, satu tahun, hingga tak terasa kini sudah lebih dari seribu hari. Link alamatnya ada di netimuliati@gurusiana.id
Proses panjang tapi masih banyak keraguan akan hasil karya tulisan layak dibaca. Akhirnya tahun 2022 kemarin bulan Oktober penulis memaksakan diri untuk menulis satu buku. Tulisan yang tertunda hampir tiga tahun. Lagi-lagi karena rasa tidak percaya diri yang menghalangi untuk berani menerbitkan buku.
Ternyata seru dan menyenangkan menjalani proses hingga lahirnya satu buku. Naskah yang dikirim harus mengikuti beberapa persyaratan. Mulai dari jenis font, spasi, jumlah mininal halaman buku, hingga susunannya yang harus diperhatikan dengan baik.
Penulis pemula tentu masih banyak salah dan perbaikan. Namun, tim editor dan layout begitu sabar dan memberi kesempatan untuk merevisi kembali.
Saat cover buku dikirimkan, rasa haru pun hadir. Buku pertama tentang kenangan bersama almarhumah ibu tercinta jadi sebuah buku dengan tampilan warna putih bergambar seorang bayi dalam dekapan tangan ibunya.
Menulis jadi obat penawar rindu. Obati rasa sedih karena tak bisa lagi melihat dan menyentuh jemari almarhumah. Begitu buku sudah cetak, lagi-lagi air mata tak bisa dibendung. Tangis bahagia karena berhasil menaklukan rasa ragu dan menuntaskan karya.
Mungkin isinya biasa saja, tapi kenangan indah itu tidak akan bisa hilang karena sudah didokumentasikan dalam bentuk buku sederhana. Alhamdulillah terima kasih ya Allah, semoga lahir kembali karya-karya berikut yang lebih manfaat, aamiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar