Pernahkah terpikir mengapa ada pasangan yang berlawanan? Pahit manis, besar kecil, panjang lebar, asam asin, sehat sakit, baik jahat, pria wanita, langit bumi, hidup mati, dll. Perasaan kita pun sering campur baur dari dua kutub yang saling berseberangan.
Adalah wajar bila seseorang ingin hidup lurus tanpa ada masalah dalam hidupnya. Ingin disebut orang baik karena itulah yang dianjurkan pada tiap insan. Tapi mungkin kita lupa tidak menyadari bahwa dalam diri, pasti ada sisi baik dan buruk. Suka atau tidak rasa itu saling bertempur di hati kita.
Ketika berbuat baik pasti ada sebabnya, begitu pun saat berbuat jahat pasti ada sebabnya meski hati kita menolak mati-matian tidak ingin mengakui apalagi melakukannya.
Seperti apa yang akhir-akhir ini kurasakan, saat rasa bersalah mendera tapi yang muncul adalah sikap menolak mentah-mentah rasa itu hingga yang keluar pembangkangan dan emosi yang cukup mengganggu. Dampaknya masalah tidak tuntas karena berusaha menghindar namun tetap harus dihadapi meski dengan kecewa, marah, kesal bertumpuk dalam hati.
Namun ketika menyadari ada kesalahan yang mungkin bisa berakibat fatal, di sinilah perlunya instropeksi diri dan istigfar. Segera memperbaiki diri dan tidak larut dalam kesalahan yang sudah diketahui, meski tidak mengenakkan tapi harus dijalani. Sayangnya tidak semua orang bisa cepat memaafkan kesalahan yang mungkin menurut mereka sudah keterlaluan dan tak termaafkan. Maka butuh kebesaran jiwa dan kelapangan hati untuk memaafkan. Jadi mengapa harus antagonis? Karena inginnya selalu protagonis namun ternyata tak mudah. Akhirnya semoga kita terpelihara dari hal-hal yang menjauhkan dari Allah dan selalu berada dalam jalan yang diridhoi Allah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar