Terhenti bukan karena tak bisa
Ada hal yang tak bisa diungkap
Jangan salahkan siapa
Tapi tanya mengapa
Jejak langkah 'kan terukir
Demi untukmu
Meski sekadar kata
Ingin kuungkap untukmu
Hidup sesaat
Waktu terlewat
Bagai kilat nan dahsyat
Cepat lugas tepat
Tertatih jalani hari
Coba raih ridho Ilahi
Rindukan dirahmati
Agar hidup tak disesali
Apa yang tertulis semata-mata proses pembelajaran ungkapkan yang ada dalam pikiran jadi sebuah tulisan meski mungkin tanpa makna namun apa yang terekam dalam ingatan dapat muncul ke permukaan. Bukan ingin dimengerti, bukan pula ingin dimaklumi. Biarkan catatan ini jadi ungkap rasa apa adanya.
Flower
Jumat, 26 Juni 2020
Rabu, 24 Juni 2020
Sekolah Wastu Kencana
Di bawah naungan Yayasan Sunan Nusantara, Sekolah Wastu Kencana didirikan tahun 2015 di jalan Ciherang Tengah RT 05/R 01 Desa Sukawening Kec. Dramaga Kab. Bogor. Sekolah Wastu Kencana dibangun di tengah lingkungan yang asri dan alami. Dengan pemandangan Gunung Salak dari kejauhan membuat peserta didik betah dan nyaman.
Sekolah ini berupaya meningkatkan jumlah lulusan sekolah tingkat SMP dan PKBM. Tingkat putus sekolah yang tinggi membuat Kepala SMP, Bapak Muhamad Tamim berupaya melakukan pendekatan dengan berbagai cara pada orang tua/wali murid dan masyarakat sekitar.
Termasuk menjalin kerja sama dengan aparat desa mulai dari tingkat kelurahan hingga kecamatan. Hal ini diwujudkan dalam kegiatan yang diselenggarakan oleh Kecamatan di Dramaga beberapa bulan yang lalu di mana Camat Dramaga, Ivan Pramudya melakukan rapat koordinasi bersama tokoh masyarakat dan kepala desa agar angka putus sekolah dan tidak melanjutkan pendidikan berkurang.
Posisi yang cukup terpencil dan jauh dari keramaian tidak jadi kendala bagi murid-murid untuk terus belajar. Namun hal tersebut justru merupakan kelebihan karena lingkungan yang masih asri, udara sehat dan jauh dari hiruk pikuk dunia luar membuat murid-murid lebih bisa fokus menimba ilmu. Pendidikan berkesinambungan diharapkan dapat mengentaskan kemiskinan dan mencetak generasi muda yang mandiri dan berguna bagi agama, bangsa dan negara.
Beragam kegiatan dan program yang telah diselenggarakan Sekolah Wastu Kencana, seperti : Gebyar Wastu Kencana, Mabit, tahidz Al'Qur'an, kantin Juna (Jujur dan Amanah), Pojok Baca, Penyuluhan dan Program Kesehatan bekerjasama dengan Puskesmas Dramaga, dll.
SMP dan PKBM Wastu Kencana tahun ini menerima murid baru dengan biaya yang sangat terjangkau untuk kalangan mana pun. Tersedia beasiswa/potongan bagi murid tidak mampu/yatim. Informasi lebih lanjut dapat ditanyakan melalui email: sekolahwastukencana@gmail.com atau sunannusantara995@gmail.com, bisa juga dihubungi melalui WA 0852 8880 9400 atau 0898 0551 190
Kami tunggu kehadiran Anda di lingkungan sekolah Wastu Kencana
Semoga Sekolah Wastu Kencana dapat terus berkembang dan maju, dengan program-program pendidikan lainnya. Sesuai kata mutiara yang menjadi ikon Sekolah Wastu Kencana: ILMU ADALAH CAHAYA.
Senin, 22 Juni 2020
Kantin Juna
Cerita Kantin Juna ini terdapat dalam buku Mengukir Karakter Generasi Emas yang ditulis oleh 46 Gurusianer Media Guru dari berbagai pelosok tanah air. Diterbitkan oleh Media Guru, cetakan pertama, tahun 2020. Semoga bermanfaat untuk generasi penerus bangsa.
Kantin Juna ditulis oleh Neti Muliati
“Dengan ini Unit Usaha Jujur
dan Amanah (Kantin Juna) resmi dibuka,” kata kepala sekolah diiringi tepuk
tangan seluruh warga sekolah Wastu Kencana.
Aku merasa terharu dan
bangga akhirnya keinginan kami untuk memiliki kantin di dalam sekolah terkabul.
Sekolah kami memang baru dibuka dua tahun ini, murid-muridnya juga masih
sedikit sekitar 21 orang. Lokasi yang agak terpencil membuat kami kesulitan
setiap istirahat karena tidak ada pedagang yang berjualan di dekat sekolah. Guru-guru
menyarankan kami membawa bekal sendiri dari rumah, namun tetap saja ketika air
minum habis atau saat ingin makan camilan ternyata cukup membuat kami kesulitan
karena masih haus dan lapar…hehe…namanya juga masa pertumbuhan.
“Ka…ayo kita usul supaya
dibuatkan kantin,” kataku pada saudara kembarku Aliyah.
“Iya, ini air minumku habis
De, mau minta air ke kantor, tapi kakak malu,” jawabnya.
“Ada apa Aliyah dan Alfiyah?” tanya kepala
sekolah yang tiba-tiba saja ada di belakang kami.
“Eh…tidak Pak..tidak ada
apa-apa hanya sedikit haus,” jawabku sambil menunduk malu.
“Oh, kalau begitu ambil saja
di kantor masih ada air minum,” kata kepala sekolah.
“Terima kasih Pak, boleh
tidak kami mengusulkan supaya ada kantin di sekolah. Kita cepat merasa haus kalau cuaca panas,” usulku
pada beliau.
“Ya, sebenarnya kami ingin
membuat kantin untuk kalian namun siapa yang bisa bantu menjaga? jawab beliau,
“Untuk saat ini bapak belum menemukan
orang yang tepat untuk menjaga kantin.”
“Sebenarnya Bapak punya
rencana ingin membuat kantin jujur,” lanjutnya.
Nah, bagaimana kalau kalian
membantu Bapak setiap hari mendata jumlah barang yang tersedia untuk dijual tanpa
harus menjaga kantin,” beliau menambahkan.
“Maksudnya bagaimana Pa?”
tanyaku “Nanti bagaimana kalau ada yang mau membayar Pa?”
“Kita sediakan kaleng bertuliskan
kaleng juna (jujur dan amanah) untuk tempat membayar, tapi dengan catatan harus
uang pas supaya tidak repot mencari uang kembalian. Bapak berharap kantin ini
bisa sambil melatih bertanggung jawab dan mendidik kejujuran murid-murid,”
jelas bapak dengan panjang lebar.
“Wah…menarik juga, bagaimana
Kak? tanyaku pada Aliyah.
“Ya, setuju Pak,” jawabnya
sambil mengangguk.
“Baiklah kalau begitu Aliyah
dan Alfiyah bertanggung jawab untuk menghitung berapa jumlah barang keluar
masuk dan jumlah uang yang ada dalam kaleng juna nanti,” ujar beliau, “Laporkan
setiap hari perkembangannya untuk satu dua minggu pertama ini.“ “Untuk
berbelanja nanti biar Bapak yang menunjuk guru ekonomi untuk ikut membantu membimbing
kalian.” tambahnya lagi.
“Bagaimana kalian berdua
siap untuk bertugas?” tanya beliau.
“Siap, Pak.” jawab kami
dengan cepat.
“
Akhirnya dalam beberapa hari
Kantin Juna diresmikan. Kantin sederhana yang menjual air minum kemasan serba
Rp500,00, camilan kue kering serba Rp1.000,00, dan berbagai alat tulis serba
Rp.2.000,00. Semua warga sekolah menyambut gembira hadirnya Kantin Juna ini.
“Bapak berpesan agar semua
menjaga unit usaha kecil sekolah kita dengan kejujuran dan amanah. Silakan
kalian berbelanja sesuai kebutuhan dan ingat selalu menjaga kebersihan sekolah
dengan membuang sampah pada tempatnya. Usahakan membayar dengan uang pas dan
masukkan ke dalam kaleng juna yang sudah disiapkan,” nasihat Bapak Kepala
Sekolah saat meresmikan Kantin Juna.
Hari pertama berjalan dengan lancar dan aman,
bahkan di luar dugaan barang yang tersedia nyaris habis tak tersisa. Kami
menghitung jumlah barang yang keluar di kartu stok opname yang sudah disiapkan
sekolah. Betapa senang dan bangganya kami diberi kepercayaan untuk mengelola
kantin sekolah. Awalnya kami sempat kerepotan menghitung barang keluar masuk
dan jumlah uang yang ada dalam kaleng juna, namun berkat bimbingan guru ekonomi
dan kepala sekolah yang begitu sabar akhirnya selesai juga tugas kami. Meski kami
pulang lebih lambat dari yang lain, ternyata masih ada beberapa teman yang
menunggu hingga selesai.
Seminggu pertama tidak
terjadi hal-hal luar biasa. Namun di awal minggu kedua, kami mulai bingung
karena jumlah uang dalam kaleng juna tidak sesuai, ada kekurangan jumlah sampai
Rp10.000,00. Dan itu terulang kembali di hari berikutnya bahkan sampai
Rp15.000,00. Hal lain yang membuat kami kecewa adalah uang yang dibayarkan
dalam kondisi sobek dan berlubang. Kami pun melaporkan hal tersebut pada kepala
sekolah. Beliau mendengarkan laporan kami sambil menghela napas panjang. “Sudah
tidak apa-apa Nak, besok bapak akan kumpulkan semua murid untuk membahas hal
ini.” kata beliau, “Terima kasih atas hasil kerja kalian selama ini, semoga
menjadi pembelajaran berharga.”
Benar saja esok harinya
semua murid dikumpulkan di aula setelah sholat duha, bapak kepala sekolah
membahas laporan kantin juna yang baru berumur beberapa hari. Dengan penuh
kesabaran beliau kembali menekankan untuk bersikap jujur dan amanah sesuai nama
kantin sekolah.
Bapak berpesan, “Dengan
sikap jujur, hati dan batin kalian akan selalu bersih dan tenang tanpa ada rasa
khawatir atau takut karena pernah melakukan kesalahan. Begitu juga dengan
bersikap amanah membuktikan bahwa kalian bisa dipercaya ketika diberi tanggung
jawab baik kecil maupun besar dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan
sekolah, keluarga, dan masyarakat luas.”
“Bapak tidak akan mencari
tahu siapa yang berbuat tindakan tidak terpuji ini, namun sangat mengharapkan
sikap jujur dan amanah yang menjadi tujuan utama kantin ini.
Bagi yang merasa belum
membayar, silakan tolong dilunasi segera. Dan bagi yang membayar dengan uang
yang cacat atau rusak, silakan diganti atau diperbaiki dulu.”
Tanpa terasa air mata kami menetes mendengar
penjelasan beliau yang begitu menyentuh. Pertemuan saat itu diakhiri dengan doa
agar kami menjadi generasi penerus yang memiliki sikap jujur, amanah, dan
bertanggung jawab.
Setelah hari itu berakhir
kami tersenyum lega karena kekurangan uang yang sebelumya terjadi tidak terjadi
lagi, bahkan uang yang ada lebih banyak dari yang seharusya. Kami tidak pernah
mencari pelakunya namun sikap jujur dan amanah yang tertanam kuat di hati
murid-murid itulah yang menjadi tujuan kantin sekolah. Demikian seterusnya
selama hari-hari berikutnya kami selalu diingatkan untuk terus bersikap jujur
dan amanah. Semoga hal ini akan terus berlanjut sampai seterusnya. Aamiin.
Minggu, 21 Juni 2020
Misi Penyelamatan Ecy
Celeby (Ecy atau Eby) adalah seekor kucing yang sengaja dibawa keponakanku dari Jatinangor ke Bogor. Ecy sudah memiliki anak-anak yang lucu dengan beragam karakter. Hari ini aku sangat terkejut mendengar Ecy yang terkurung di ruma kosong hampir 3 hari. Tak tega rasanya saat kupanggil dan ia menjawabnya dengan nada sedih seakan menangis. Alhamdulillah ia berhasil diselamatkan dalam kondisi sehat afiat. Semoga ini jadi pelajaran berharga untuknya. Mohon maaf pada pemilik rumah karena tidak bisa dihubungi, kondisi jendela sudah kembali seperti biasa.
Berikut kisahnya Ecy untuk pembaca setia:
Hari ini aku merasa kesal sekali
karena anak-anakku tidak mau menuruti perkataanku agar tidak pergi main terlalu
jauh. Namun mereka sepertinya tidak mau mendengarkan semua omelan panjangku. Rasa
kecewa dan putus asa membuat tak ingin berkata apa-apa lagi. Aku pergi
berkunjung ke rumah tetangga yang agak
jauh untuk menghilangkan rasa sesalku.
Biasanya rumah ini kosong, namun
hari ini tampak ada kehidupan di dalamnya. Saat kusapa mereka seperti tidak
mendengar ucapanku. Dari depan tampak benda aneh yang menarik perhatian, terlihat
berkilau. Begitu asyiknya mengamati tak kusadari pemilik rumah pergi
meninggalkanku di dalam seorang diri. Aku terkejut saat tersadar suasana jadi hening
dan sepi. Kucari mereka namun tak ada siapa-siapa di dalam rumah. Aku mulai
panik dan mencari jalan keluar.
Aku mulai berteriak, semakin lama
semakin kencang hingga hampir habis suaraku. Namun tak ada yang mendengar, lokasi
rumah di ujung jalan membuat tak banyak orang lalu lalang. Kalaupun ada yang
lewat, mereka tak mendengar suaraku. Malam
mulai datang, gelap di sekelilingku, rasa lapar, haus, dan takut membuat lelah.
Aku tertidur hingga esok pagi. Kudengar sayup-sayup ada yang memanggil namaku.
Segera berlari ke depan jendela, tampak kakak sedang mencariku. Ia tampak
terkejut mendengar suaraku dari dalam rumah. Ia bergegas menghampiri, namun
semua pintu dan jendela tertutup rapat. Kebingungan ia hanya bisa menghiburku
sementara.
Aku berusaha memanjat jendela lewat
teralis besi, sampai di atas masih ada teralis dan penghalang kawat nyamuk yang menghalangi. Kakak
mencari bantuan dan kembali dengan membawa tangga dan gunting kawat. Ia mencoba
membuat celah kecil agar aku bisa keluar, namun aku belum bisa keluar karena
badanku yang agak besar. Terpaksa kakak menggergaji kusen jendela hingga cukup
bagiku untuk keluar. Dengan susah payah akhirnya aku berhasil bebas dari rumah
kosong ini. Aku sangat berterimakasih pada kakak, dan menyantap makanan yang
dibawanya. Pengalaman ini tak akan kulupakan seumur hidupku.
Sabtu, 20 Juni 2020
Untuk Mas Bowie
UNTUK
MAS BOWIE (sebuah pentigraf)
Oleh Neti Muliati
Di awal perkenalan Mas Bowie jadi panggilan sayang,
khusus untuknya. Kesukaanku pada warna biru dan hitam membuatnya rela selalu
mengenakan warna itu. Begitu khas melekat
padanya. Ia selalu terlihat kuat, gagah, dan perkasa. Tipe
idamanku. Sejak mengenal Mas Bowie membuatku tak pernah sendiri lagi.
Hari-hari yang biasa sepi melenggang sendiri, kini lebih ceria berdua
dengannya. Ia setia menemaniku di setiap aktivitas dari pagi hingga sore,
lengket seperti perangko. Mengukir cerita bersama dalam suka duka.
Mas Bowie rutin mengantar dan menungguku tanpa
kecuali. Tak pernah kudengar ia mengeluh sedikit pun meski harus menunggu
berjam-jam. Saat ia merasa lelah, maka
bergegas aku menggenggamnya dengan lebih mesra dan hati-hati. Kurawat dan kudorong semangatnya penuh kasih
sayang. Sambil kutepuk-tepuk dia dengan kata-kata yang menghibur.
Sejak dulu ayah ibu melarang semua anak mereka
berpacaran, karena dilarang agama. Maka amarah mereka tak tertahan
saat tak sengaja kutulis status
kata-kata mesra akan merawat, memandikan dan mengeringkan Mas Bowie. Sambil
tersenyum geli kujelaskan bahwa Mas Bowie adalah nama motor kesayangan
laksana Mas Boy yang masih belum datang melamarku.
Catatan:
Pentigraf adalah cerpen tiga paragraf yang diperkenalkan oleh Prof. Tengsoe Tjahjono.
Cerita yang dibuat singkat, ringkas, namun tetap bernilai sastra karena mengubah jalan cerita jadi lebih bermakna dan ada unsur kejutan di akhir paragraf.
Untuk Mas Bowie terdapat dalam buku antologi karya anggota KGPJB (sekarang KPPJB) yang berjudul, "Sepenggal Kisah di Ruang Cipta" Pentigraf yang terbit pada tahun 2020.
Jumat, 19 Juni 2020
Trak...Trak...Trak...Tung...Tung...Tung
Cerita ini dimuat dalam Buku Antologi Cerita Anak "Untuk Anakku" yang diterbitkan oleh KPGJB (saat itu) pada tanggal 22 Desember 2019
“Trak….trak…trak…tungtung….” “Trak….trak…trak…tungtung….”
Terdengar suara bambu
diketuk-ketuk. “Rakaaaa……berisiiiik……” teriak ibu.
Raka seperti tidak
mendengar teriakan ibu.
Ia terus memainkan
musik bambu di halaman belakang rumah. Sejak kemarin Raka punya hobi baru.
Bermain musik dengan bambu yang diberikan pamannya saat berkunjung ke Desa
Sukaweuning Bogor. Alat sederhana namun bisa mengeluarkan bunyi yang cukup
nyaring dan berirama. Raka sangat senang karena ia mendapat tugas untuk tampil
dalam pentas kesenian dari guru sekolahnya yaitu menampilkan alat-alat musik
tradisional khas Indonesia. Maka ketika ayahnya mengajak ke rumah pamannya,
Raka langsung menyambut dengan gembira. Namun akhirnya seisi rumah pusing
sendiri karena Raka tidak berhenti memainkan alat musik bambu sepanjang waktu,
meski baru pulang sekolah.
“Raka…!!!” akhirnya ibu
menghampiri.
“Yaaah….ibu….kenapa
sih?”Raka menatap ibu setengah kesal….”lagi latihan Bu.”
“Sudah cukup, Nak” kata
ibu dengan sabar, “kasihan ayah terganggu istirahatnya.”
“Lho, ayah sudah pulang
Bu?” tanya Raka.
“Iya, ayah kurang enak
badan, jadi pulang lebih cepat. Tapi…bagaimana mau istirahat dari tadi kamu
dipanggil-panggil tidak mendengar,” kata ibu.
“Sudah sana, sholat
zuhur dulu, terus makan sama ayah,” sambung ibu sambil tersenyum.
“Tapiii….ayah sudah
janji mau ajarkan Raka mainkan alat ini, Bu,” sahut Raka, “Ayahkan jago main
alat musik apa pun. Aku ingin seperti ayah, pintar bermain musik.”
“Raka…salat dulu…nanti
kita bicara lagi,” tegas ibu. Tanpa membantah lagi, Raka menuruti perintah ibu.
Selesai salat, Raka
menghampiri ayah yang terlihat pucat dan lesu. ‘Yaah…kenapa…?” Ayah punya janji
lho sama Raka…,” kata Raka sambil mencium tangan ayah.
“Iya…ayah tahu…tapi kamu
sudah mulai terlatih Ka,” kata ayah dengan senyumnya.
“Sudah Raka…nanti kita
bicarakan lagi, ayo makan…” tegas ibu.
Selesai makan, ayah
berkata,” Raka karena ayah sedang sakit, bagaimana kalau berlatih alat musiknya
sendiri dulu, kedengarannya sudah mulai berirama dan enak didengar. Hanya
tinggal latihan lagi, ikuti melodi dan perhalus ketukannya.”
“Ayah yakin kamu pasti
bisa,” lanjut ayah sambil memberi semangat dengan jempolnya.
Mendapat semangat dari
ayah, Raka tersenyum dan minta izin untuk berlatih kembali.
Awalnya ibu merasa
keberatan karena ayah harus istirahat tapi melihat semangat Raka, akhirnya ibu
mengganggukan kepala. Dan kembali terdengar suara, “Trak….trak…trak…tungtung….”
Trak….trak…trak…tungtung….”
Hari yang dinantikan
Raka pun tiba. Ia tampak sangat senang dan bersemangat. Dengan ceria ia
menceritakan pada ayah ibunya bagaimana penampilannya di sekolah tadi. Alat
musik bambu yang sederhana namun membawa keceriaan bagi Raka. Apalagi semua guru
dan teman-teman di sekolah ternyata sangat menyukai alat musik yang dimainkan
Raka. Ayo siapa yang bisa menebak, apakah nama alat musik dari bambu yang
dimainkan Raka dengan ceria?
Rabu, 17 Juni 2020
Jangan Paksa Aku
"Ayo, sini peluk aku," rayu Bela padaku.
"Jangan takut, aku akan selalu setia dan sayang padamu sepanjang hidupku," sahutnya lagi, "tataplah kedua mataku, tak ada dusta dari lubuk hatiku."
Bela terus merayu dan merapatkan tubuhnya padaku meski aku sudah berupaya sekuat tenaga menghindarinya.
"Cukup Bela jangan lakukan ini padaku, perhatianku selama ini hanya agar kau mampu bertahan hidup," jawabku dengan nada sedih.
"Bela, kau harus bisa mandiri dan hidup seperti sebelum bertemu aku," lanjutku, "jangan paksa aku, biarkan begini saja tanpa harus terluka lagi."
Bela seperti tak percaya dengan ucapanku. Dia terus memaksa agar aku menyayangi dan mengakui keberadaannya.
Aku hanya bisa menghindar dan menjauhinya perlahan. Semoga Bela akan menemukan kebahagiaan lain. Karena aku tak bisa janjikan apa-apa apalagi sampai merasa terikat padanya. Luka trauma karena pernah ditinggal sebelumnya masih berbekas pilu di hati. Aku belum bisa pindah ke lain hati, karena kucing kesayangan (Noa) yang telah tiada masih selalu teringat. Meski Bela (kucing liar) datang namun aku tak ingin terluka lagi. Aku hanya bisa berbagi makanan namun tidak dengan hatiku.
"Jangan takut, aku akan selalu setia dan sayang padamu sepanjang hidupku," sahutnya lagi, "tataplah kedua mataku, tak ada dusta dari lubuk hatiku."
Bela terus merayu dan merapatkan tubuhnya padaku meski aku sudah berupaya sekuat tenaga menghindarinya.
"Cukup Bela jangan lakukan ini padaku, perhatianku selama ini hanya agar kau mampu bertahan hidup," jawabku dengan nada sedih.
"Bela, kau harus bisa mandiri dan hidup seperti sebelum bertemu aku," lanjutku, "jangan paksa aku, biarkan begini saja tanpa harus terluka lagi."
Bela seperti tak percaya dengan ucapanku. Dia terus memaksa agar aku menyayangi dan mengakui keberadaannya.
Aku hanya bisa menghindar dan menjauhinya perlahan. Semoga Bela akan menemukan kebahagiaan lain. Karena aku tak bisa janjikan apa-apa apalagi sampai merasa terikat padanya. Luka trauma karena pernah ditinggal sebelumnya masih berbekas pilu di hati. Aku belum bisa pindah ke lain hati, karena kucing kesayangan (Noa) yang telah tiada masih selalu teringat. Meski Bela (kucing liar) datang namun aku tak ingin terluka lagi. Aku hanya bisa berbagi makanan namun tidak dengan hatiku.
Senin, 15 Juni 2020
Puisi Akrosmidanian
Aliran Akrosmidanian adalah jenis puisi pendek baru dari dua puisi pendek pendahulunya, yaitu puisi Sonian dan Akrostik. Penggagasnya Ami Rahmi dan Khilda Fauziah. Akros itu Akrostik, Mida itu Ami dan Khilda, Nian itu Sonian. Akrosmidanian membantu kita menambah kosa kata yang tersusun dari 4 huruf. Sifatnya yang ringkas dan sarat makna diharapkan dapat menampik anggapan bahwa menulis puisi itu sulit. Bentuk baru ini dipopulerkan oleh Iyus Yusandi, salah satunya dengan menerbitkan "Demi" Antologi Puisi Akrosmidanian, dengan penerbit KPPJB (Komunitas Pengajar Penulis Jawa Barat) dalam bentuk buku yang sangat manis dengan warna dasar putih dipoles warna pink.
Aturan puisi Akrosmidanian:
1. Berpola 6543 atau 6563 seperti puisi Sonian.
2. Judul terdiri dari 4 huruf.
3. Judul melambangkan awal huruf puisi tiap baitnya seperti puisi Akrostik.
4 Rima bebas.
5. Setiap larik saling berbenang merah
6. Isi puis merupakan representasi judul.
7. Gunakan majas, simbol, metafor, imaji, apapun itu
8. Tema bebas, dan tidak melanggar SARA serta berbagai undang-undang yang berlaku.
Berikut contoh puisi Akrosmidanian 6543 karya Neti Muliati
SATU
Satu rambut jatuh
Ada hisabnya
Tunduk patuh
Pada-Nya
TIGA
Telah tiba masa
Insan menua
Girah iman
Amalan
LIMA
Lima kali azan
Ingatkan insan
Mohon ampun
Salahan
ENAM
Enam rukun iman
Panduan hidup
Arah jalan
Tercakup
BIRU
Berat hati pilu
Ingin bersua
Rasa rindu
Untuknya
NILA
Nuansa nan syahdu
Indah dipandang
Langit biru
Adigang
UNGU
Ungkapan mahabah
Nabi Muhammad
Gema syahdu
Rinduku
Berikut contoh puisi Akrosmidanian dalam bentuk 6563, karya Neti Muliati
MATA
Manusia alpa
Arah jalannya
Taubat segera
Pada-Nya
DAHI
Dunia berakhir
Alam pun hancur
Hidupkan semangat
Ibadah
CARI
Celah bagi umat
Agar selamat
Rahasia besar
Istigfar
BATU
Berat timbangannya
Aneka bentuk
Tak rapuh dihantam
Ultima
PENA
Pengikat ajaran
Elok rupawan
Niat karna Allah
Abadi
ACAK
Awur tak menentu
Cari kreasi
Arah kanan kiri
Kreatif
BAHU
Bersandar dirimu
Angan melambung
Hidup penuh warna
Ungkapmu
Sumber: "DEMI" Antologi Puisi Akrosmidanian tahun 2020 Penerbit KPPJB
Noa, kesayangan kami (2)
“Noa…gendong dulu yuuuk,”
kata suamiku sambil menggendong layaknya seorang bayi.
“Apa kabar Noa? Semalam bisa
bobo? Kita kangen Noa,” kataku.
Setelah empat hari rawat
inap di klinik hewan akhirnya Noa diizinkan pulang dalam waktu yang cukup
singkat mengingat kondisi sebelumnya yang agak parah. Hasil laboratorium dengan
angka memerah, membuat dokter tidak bisa menjanjikan apa-apa pada kami. Saat sakit
ia terlihat sangat lemah dan menatap kami dengan wajah mengiba seakan mengadu.
Dengan berat hati kami meninggalkannya di klinik hewan untuk diobati. Dua hari
dirawat ia sudah bisa berteriak memanggil saat menjenguknya meski kami masih di
lantai bawah. Semua dokter yang ada di klinik hewan juga merasa takjub untuk
kasus Noa sampai jadi trending topik karena mampu bertahan. Melalui semangat
hidup, cinta, dan rasa sayang di antara kami, semua tahap krisisnya bisa dilalui dengan selamat.
Sebelumnya, saat menikah aku
baru tahu ternyata suamiku sangat tidak suka kucing. Aku menyebutnya anti kucing.
Alhamdulillah ketika anakku lahir, ternyata ia sama denganku suka kucing. Tiap
ada kucing tetangga kami sering bermain. Ketika usia TK, anakku termenung lama
menatap kucing yang mati. Sampai muncul pertanyaan yang cukup dalam darinya
mengapa harus ada kematian? Begitu juga ketika kucing tetangga Kitty melahirkan,
kami dibuat sibuk menunggu proses kelahirannya saat tengah malam. Berdua menemani Kitty sambil
memberi nama anak-anaknya yang lahir satu per satu mulai Tsubasa, Hyuga, Moci.
Akhirnya setelah diskusi
panjang dan alot dengan suami, ia mengizinkan kami memelihara kucing pemberian
alumni, campuran anggora persia namanya
Noir (dibaca: Noa) artinya hitam, karena bulunya dominan hitam.
Di sinilah banyak cerita
yang kami lewati bersama Noa yang pertama berhasil menaklukan hati suami yang
tadinya anti kucing menjadi penyayang kucing.
Noa saat datang sudah
berusia tiga tahun, masa adaptasi sekitar seminggu sehingga kami harus ekstra
hati-hati membuat ia merasa aman dan nyaman. Setiap kali keluar kandang ia
pasti sembunyi di kolong kasur atau lemari. Setelah masa adaptasi Noa semakin
lucu, menggemaskan dan senang bermain. Tatapan mata, manja, cerewet, dan
tingkahnya ternyata mampu meluluhkan hati suami yang ternyata lebih telaten
mengurus Noa dan ingat membelikan mainan kucing. Bahkan membiarkan Noa tidur bersama
di kasur.
“Hanya Noa yang pertama membuat
Abi luluh dan sayang mpus’” katanya sambil mengusap-usap. Aku sangat senang dan
bersyukur mendengar ucapannya.
Lempar tutup botol, main di
kardus, heboh dengan tali, atau apa pun yang dilihat dan disentuh Noa membuat
kami sangat terhibur dan senang dengan tingkahnya.
Kehadiran Noa menjadi
penghangat rumah, membuat kami tertawa, semakin dekat, dan saling memperhatikan
layaknya keluarga sendiri. Aku bahkan sering menghitungnya sebagai nyawa
keempat yang ada di rumah.
Saat sakit, Noa menjadi
perawat yang superketat menjaga pasiennya. Ia terus berada di sampingku, ikut
berbaring sambil kedua kakinya memegangi tanganku. Noa seperti tahu kalau aku
tidak keluar kamar pasti ada sesuatu terjadi dan ia dengan singgap menemani dan menjadi obat mujarab untukku.
Kini Noa sudah 15 tahun,
terlihat semakin tua dan enggan bermain. Namun semangat hidupnya masih ada,
menu makannya diubah dengan merebus ayam sampai lunak karena ia sulit untuk
mencerna makanan kering. Terima kasih Noa sudah menemani hari-hari kami selama
bertahun-tahun dengan setia dan tingkah lucumu yang meluluhkan hati suamiku
jadi penyayang kucing khusus karena hadirmu.
Catatan:Tulisan ini sudah dimuat di Yuk, Meong Rame-Rame yang diterbitkan oleh Media Guru tahun 2020.
Langganan:
Postingan (Atom)