"Jangan takut, aku akan selalu setia dan sayang padamu sepanjang hidupku," sahutnya lagi, "tataplah kedua mataku, tak ada dusta dari lubuk hatiku."
Bela terus merayu dan merapatkan tubuhnya padaku meski aku sudah berupaya sekuat tenaga menghindarinya.
"Cukup Bela jangan lakukan ini padaku, perhatianku selama ini hanya agar kau mampu bertahan hidup," jawabku dengan nada sedih.
"Bela, kau harus bisa mandiri dan hidup seperti sebelum bertemu aku," lanjutku, "jangan paksa aku, biarkan begini saja tanpa harus terluka lagi."
Bela seperti tak percaya dengan ucapanku. Dia terus memaksa agar aku menyayangi dan mengakui keberadaannya.
Aku hanya bisa menghindar dan menjauhinya perlahan. Semoga Bela akan menemukan kebahagiaan lain. Karena aku tak bisa janjikan apa-apa apalagi sampai merasa terikat padanya. Luka trauma karena pernah ditinggal sebelumnya masih berbekas pilu di hati. Aku belum bisa pindah ke lain hati, karena kucing kesayangan (Noa) yang telah tiada masih selalu teringat. Meski Bela (kucing liar) datang namun aku tak ingin terluka lagi. Aku hanya bisa berbagi makanan namun tidak dengan hatiku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar