Flower

Flower
Flower from Botanical Garden

Minggu, 14 Juni 2020

Ibuku inspirasiku




      Ibu adalah inspirasi utamaku. Sejak ayah berpulang di usia belia kami, maka ibu menjadi satu-satunya tulang punggung keluarga. Ibu mengajar di SPGN Bogor sejak awal didirikan selama 30 tahun hingga akhirnya berubah menjadi SMAN 6. Banyak kisah suka duka yang beliau alami selama bertugas. Namun tak pernah kudengar keluhan sedikit pun dari ibu tentang segala aktivitasnya.
      Beliau tidak pernah bisa diam, selalu ada saja yang dikerjakan. Di saat senggang ibu masih menyempatkan diri menjahit baju untuk anak-anaknya, merawat tanaman, dan rutin mengaji di beberapa tempat pengajian. Buku dan pena selalu beliau siapkan sebagai senjata mencari ilmu.  Bertanya bila tak paham menjadi ciri khasnya hingga sekarang.
        Nama ibu adalah R.E. Kurniasih menikah dengan ayah pada tanggal 13 Juli 1961. Dari pernikahan mereka lahirlah lima anak putra putri dengan jarak yang cukup dekat.  Ayahku bekerja sebagai PNS di Jakarta. Beliau sangat sayang dan dekat dengan kami. Ayah ibu selalu tampak rukun dan hidup dengan saling pengertian satu sama lain. Seandainya berbeda pendapat tidak pernah kudengar intonasi bernada tinggi dalam keseharian mereka.  Semasa hidupnya ayah sering kali harus masuk rumah sakit, ibu selalu menemani ayah dengan setia dan penuh kesabaran.  Selepas kami menengok ayah di rumah sakit sempat kulihat tatapan sendu ibu tak berhenti melihat lambaian tangan kami untuk kembali ke rumah. Ketegaran ibu semakin kokoh saat ayah wafat tanggal 11 November 1984. 
      Saat itu aku baru duduk di kelas 9 SMP. Masih tertanam kuat di ingatan, beberapa bulan sebelum berpulang Ayah sempat meminta kami untuk mengisi libur ramadhan dengan mengikuti pesantren kilat. Dan ternyata itu menjadi bekal ilmu yang tak ternilai harganya untuk kehidupan kami berikutnya. Tanpa keimanan yang kuat mungkin kami akan sangat terguncang menyaksikan kepulangan ayah tercinta ke rahmatullah. 
       Dan ibu selalu menjadi sosok kuat nan bersahaja untuk melanjutkan kehidupan bersama, meniti masa depan dengan segala teka teki kehidupan. Ibu...senyuman dan nasihatmu selalu teringat sepanjang masa.  Sepeninggal ayah, ibu semakin ketat mengatur keuangan keluarga. Sering kulihat ibu mencatat pengeluaran bulanan yang tertulis rapi. Ini menjadi teladan tersendiri untukku dalam mengelola finansial. Waktu terus berjalan, satu demi satu putra putri ibu menikah dan menjalani hidup baru. Kasih ibu masih terus berlanjut tanpa putus. Meski kami sudah berumah tangga,  ibu selalu sigap memberi bantuan apa pun. Tiap kali bertemu ibu serasa mengisi energi positif dalam hidup. 
 Tahun 2008 kutulis sebuah lagu khusus tentang ibu, sebagai tanda cintaku. Berikut lirik lagu Ibu;
        Terbayang selalu wajah lembutmu  
        Masih terasa hangat belaimu
        Tak pernah ada keluh darimu
        Meski lakuku melukaimu
        Oh...Ibu kau selalu hadir di setiap langkahku
        Kuatkan diriku
        Kumohon selalu restumu
        Dalam perjalanan hidup ananda
        Kau selalu ada dalam dukaku
        Kau selalu hadir dalam bahagia
        Seluruh jasamu kutakkan mampu membalasnya
        Maafkan kami 'tuk semua kesalahan 
Alhamdulilah lagu ini sempat dinyanyikan oleh murid-murid SMA Insan Kamil Bogor dan meraih juara 1 dalam lomba Klakustik tingkat SMA Kota Bogor di tahun yang sama .  
        Hingga kini, Alhamdulillah ibu tetap rajin setor hapalan Al-Qur'an meski sudah berusia 87 tahun. Baginya tidak ada kata terlambat untuk belajar. Desember 2019 ibu terjatuh saat hendak terapi di halaman rumah sakit. 
Berkali-kali terjatuh, namun kali ini yang paling fatal. Tulang kaki ibu patah hingga membuatnya tak bisa duduk apalagi berdiri. Mengingat usia yang sudah lanjut, dokter pun tak berani ambil resiko untuk mengoperasi. Sehingga hanya dibebat dan diberi beban 4,5 liter air kemasan selama 1-2 bulan. 
         Ibu yang biasanya tak bisa duduk diam, akhirnya pasrah lebih banyak di kasur hingga kini. 
Semangat membaca ibu tak pernah pudar, kumpulan cerita antologi yang kuberi dibacanya saat sulit tidur. 
Tetap membaca Al-Qur'an  dan menyetor  hapalan juz 30 yang sering tertukar ayatnya saat guru mengaji datang ke rumah. Meski sambil berbaring selalu saja ada pertanyaan yang ibu tanyakan tentang bacaan, doa dan hapalan. Lantunan ayat suci Al Qur'an dan ceramah pengajian dari radio pun selalu disimak ibu dengan khusyu. 
         Puasa ramadhan 1441 H juga tetap dijalani tanpa ada rasa lapar, haus, dan lemas. Datangnya pandemi saat ini membuat kami cemas dengan kondisi ibu. Semua keluarga lebih bersikap ekstra hati-hati jangan sampai menularkan penyakit pada ibu. Video call jarak jauh, saat berkunjung wajib bersih-bersih dulu, dan alangkah bahagianya saat beliau menyambut kehadiran kami dengan senyum manisnya. 
Rangkaian tulisan ini pun atas permintaan ibu yang ingin kisah hidupnya dituliskan. Ingatannya masih kuat, sejak awal mengajar hingga masa pensiun. Tanggal lahir semua anak dan cucu-cucu juga selalu diingat disertai hadiah dari beliau. 
          Masya Allah sungguh ibu benar-benar menjadi inspirasi bagi ku dan keluarga. Semoga Allah selalu menyayangi dan merahmati ibunda tercinta. Aamiin Yaa Robbal'alamiiin 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar