Cerita Kantin Juna ini terdapat dalam buku Mengukir Karakter Generasi Emas yang ditulis oleh 46 Gurusianer Media Guru dari berbagai pelosok tanah air. Diterbitkan oleh Media Guru, cetakan pertama, tahun 2020. Semoga bermanfaat untuk generasi penerus bangsa.
Kantin Juna ditulis oleh Neti Muliati
“Dengan ini Unit Usaha Jujur
dan Amanah (Kantin Juna) resmi dibuka,” kata kepala sekolah diiringi tepuk
tangan seluruh warga sekolah Wastu Kencana.
Aku merasa terharu dan
bangga akhirnya keinginan kami untuk memiliki kantin di dalam sekolah terkabul.
Sekolah kami memang baru dibuka dua tahun ini, murid-muridnya juga masih
sedikit sekitar 21 orang. Lokasi yang agak terpencil membuat kami kesulitan
setiap istirahat karena tidak ada pedagang yang berjualan di dekat sekolah. Guru-guru
menyarankan kami membawa bekal sendiri dari rumah, namun tetap saja ketika air
minum habis atau saat ingin makan camilan ternyata cukup membuat kami kesulitan
karena masih haus dan lapar…hehe…namanya juga masa pertumbuhan.
“Ka…ayo kita usul supaya
dibuatkan kantin,” kataku pada saudara kembarku Aliyah.
“Iya, ini air minumku habis
De, mau minta air ke kantor, tapi kakak malu,” jawabnya.
“Ada apa Aliyah dan Alfiyah?” tanya kepala
sekolah yang tiba-tiba saja ada di belakang kami.
“Eh…tidak Pak..tidak ada
apa-apa hanya sedikit haus,” jawabku sambil menunduk malu.
“Oh, kalau begitu ambil saja
di kantor masih ada air minum,” kata kepala sekolah.
“Terima kasih Pak, boleh
tidak kami mengusulkan supaya ada kantin di sekolah. Kita cepat merasa haus kalau cuaca panas,” usulku
pada beliau.
“Ya, sebenarnya kami ingin
membuat kantin untuk kalian namun siapa yang bisa bantu menjaga? jawab beliau,
“Untuk saat ini bapak belum menemukan
orang yang tepat untuk menjaga kantin.”
“Sebenarnya Bapak punya
rencana ingin membuat kantin jujur,” lanjutnya.
Nah, bagaimana kalau kalian
membantu Bapak setiap hari mendata jumlah barang yang tersedia untuk dijual tanpa
harus menjaga kantin,” beliau menambahkan.
“Maksudnya bagaimana Pa?”
tanyaku “Nanti bagaimana kalau ada yang mau membayar Pa?”
“Kita sediakan kaleng bertuliskan
kaleng juna (jujur dan amanah) untuk tempat membayar, tapi dengan catatan harus
uang pas supaya tidak repot mencari uang kembalian. Bapak berharap kantin ini
bisa sambil melatih bertanggung jawab dan mendidik kejujuran murid-murid,”
jelas bapak dengan panjang lebar.
“Wah…menarik juga, bagaimana
Kak? tanyaku pada Aliyah.
“Ya, setuju Pak,” jawabnya
sambil mengangguk.
“Baiklah kalau begitu Aliyah
dan Alfiyah bertanggung jawab untuk menghitung berapa jumlah barang keluar
masuk dan jumlah uang yang ada dalam kaleng juna nanti,” ujar beliau, “Laporkan
setiap hari perkembangannya untuk satu dua minggu pertama ini.“ “Untuk
berbelanja nanti biar Bapak yang menunjuk guru ekonomi untuk ikut membantu membimbing
kalian.” tambahnya lagi.
“Bagaimana kalian berdua
siap untuk bertugas?” tanya beliau.
“Siap, Pak.” jawab kami
dengan cepat.
“
Akhirnya dalam beberapa hari
Kantin Juna diresmikan. Kantin sederhana yang menjual air minum kemasan serba
Rp500,00, camilan kue kering serba Rp1.000,00, dan berbagai alat tulis serba
Rp.2.000,00. Semua warga sekolah menyambut gembira hadirnya Kantin Juna ini.
“Bapak berpesan agar semua
menjaga unit usaha kecil sekolah kita dengan kejujuran dan amanah. Silakan
kalian berbelanja sesuai kebutuhan dan ingat selalu menjaga kebersihan sekolah
dengan membuang sampah pada tempatnya. Usahakan membayar dengan uang pas dan
masukkan ke dalam kaleng juna yang sudah disiapkan,” nasihat Bapak Kepala
Sekolah saat meresmikan Kantin Juna.
Hari pertama berjalan dengan lancar dan aman,
bahkan di luar dugaan barang yang tersedia nyaris habis tak tersisa. Kami
menghitung jumlah barang yang keluar di kartu stok opname yang sudah disiapkan
sekolah. Betapa senang dan bangganya kami diberi kepercayaan untuk mengelola
kantin sekolah. Awalnya kami sempat kerepotan menghitung barang keluar masuk
dan jumlah uang yang ada dalam kaleng juna, namun berkat bimbingan guru ekonomi
dan kepala sekolah yang begitu sabar akhirnya selesai juga tugas kami. Meski kami
pulang lebih lambat dari yang lain, ternyata masih ada beberapa teman yang
menunggu hingga selesai.
Seminggu pertama tidak
terjadi hal-hal luar biasa. Namun di awal minggu kedua, kami mulai bingung
karena jumlah uang dalam kaleng juna tidak sesuai, ada kekurangan jumlah sampai
Rp10.000,00. Dan itu terulang kembali di hari berikutnya bahkan sampai
Rp15.000,00. Hal lain yang membuat kami kecewa adalah uang yang dibayarkan
dalam kondisi sobek dan berlubang. Kami pun melaporkan hal tersebut pada kepala
sekolah. Beliau mendengarkan laporan kami sambil menghela napas panjang. “Sudah
tidak apa-apa Nak, besok bapak akan kumpulkan semua murid untuk membahas hal
ini.” kata beliau, “Terima kasih atas hasil kerja kalian selama ini, semoga
menjadi pembelajaran berharga.”
Benar saja esok harinya
semua murid dikumpulkan di aula setelah sholat duha, bapak kepala sekolah
membahas laporan kantin juna yang baru berumur beberapa hari. Dengan penuh
kesabaran beliau kembali menekankan untuk bersikap jujur dan amanah sesuai nama
kantin sekolah.
Bapak berpesan, “Dengan
sikap jujur, hati dan batin kalian akan selalu bersih dan tenang tanpa ada rasa
khawatir atau takut karena pernah melakukan kesalahan. Begitu juga dengan
bersikap amanah membuktikan bahwa kalian bisa dipercaya ketika diberi tanggung
jawab baik kecil maupun besar dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan
sekolah, keluarga, dan masyarakat luas.”
“Bapak tidak akan mencari
tahu siapa yang berbuat tindakan tidak terpuji ini, namun sangat mengharapkan
sikap jujur dan amanah yang menjadi tujuan utama kantin ini.
Bagi yang merasa belum
membayar, silakan tolong dilunasi segera. Dan bagi yang membayar dengan uang
yang cacat atau rusak, silakan diganti atau diperbaiki dulu.”
Tanpa terasa air mata kami menetes mendengar
penjelasan beliau yang begitu menyentuh. Pertemuan saat itu diakhiri dengan doa
agar kami menjadi generasi penerus yang memiliki sikap jujur, amanah, dan
bertanggung jawab.
Setelah hari itu berakhir
kami tersenyum lega karena kekurangan uang yang sebelumya terjadi tidak terjadi
lagi, bahkan uang yang ada lebih banyak dari yang seharusya. Kami tidak pernah
mencari pelakunya namun sikap jujur dan amanah yang tertanam kuat di hati
murid-murid itulah yang menjadi tujuan kantin sekolah. Demikian seterusnya
selama hari-hari berikutnya kami selalu diingatkan untuk terus bersikap jujur
dan amanah. Semoga hal ini akan terus berlanjut sampai seterusnya. Aamiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar